Minggu, 09 Desember 2012

dendam

Dalam udara terbuka aku berdi menangis tertawa dengan tatapan yg memelas ke atas langit.Bibirku menganga tak kuasa menahan sakit yg mendera.Jiwaku bergelora terbakar api kemarahan yg entah pada siapa bisa kumelampiaskanya.
Semuanya serba samar,tak jelas.Namun dihari itu juga aku yakin kalau hari esok mentari masih terbit dari timur.Dalam kegelisahan kutanamkan api Dendam di dalam hati terdalamku agar tak Ada seorang pun Yg dapat meredam amarahku.
Aku pulang dan kenangan itu terlihat jelas di depan mataku.Senyuman seorang istri saat menyambut suaminya yg bru pulang kerja,menyediakan tea atau segelas air putih,seorang putri kecil yg mencium tangan ayahanda tercintanya.
Air mataku kembali berlinang tatkala aku membuka pintu kamarku,yg kulihat seorang bidadari dunia sedang menyisir rambut panjangnya.Kulangkahkan kakiku perlahan,tanganku berusaha menggapainya meski Kusadar itu hanyalah bayangan.
Amarahku memuncak dan kutinju cermin di depanku saat ku tak bisa menggapainya
bersambung,by cowok galo Dalam udara terbuka aku berdi menangis tertawa dengan tatapan yg memelas ke atas langit.Bibirku menganga tak kuasa menahan sakit yg mendera.Jiwaku bergelora terbakar api kemarahan yg entah pada siapa bisa kumelampiaskanya.
Semuanya serba samar,tak jelas.Namun dihari itu juga aku yakin kalau hari esok mentari masih terbit dari timur.Dalam kegelisahan kutanamkan api Dendam di dalam hati terdalamku agar tak Ada seorang pun Yg dapat meredam amarahku.
Aku pulang dan kenangan itu terlihat jelas di depan mataku.Senyuman seorang istri saat menyambut suaminya yg bru pulang kerja,menyediakan tea atau segelas air putih,seorang putri kecil yg mencium tangan ayahanda tercintanya.
Air mataku kembali berlinang tatkala aku membuka pintu kamarku,yg kulihat seorang bidadari dunia sedang menyisir rambut panjangnya.Kulangkahkan kakiku perlahan,tanganku berusaha menggapainya meski Kusadar itu hanyalah bayangan.
Amarahku memuncak dan kutinju cermin di depanku saat ku tak bisa menggapainya
bersambung,by cowok galo Dalam udara terbuka aku berdi menangis tertawa dengan tatapan yg memelas ke atas langit.Bibirku menganga tak kuasa menahan sakit yg mendera.Jiwaku bergelora terbakar api kemarahan yg entah pada siapa bisa kumelampiaskanya.
Semuanya serba samar,tak jelas.Namun dihari itu juga aku yakin kalau hari esok mentari masih terbit dari timur.Dalam kegelisahan kutanamkan api Dendam di dalam hati terdalamku agar tak Ada seorang pun Yg dapat meredam amarahku.
Aku pulang dan kenangan itu terlihat jelas di depan mataku.Senyuman seorang istri saat menyambut suaminya yg bru pulang kerja,menyediakan tea atau segelas air putih,seorang putri kecil yg mencium tangan ayahanda tercintanya.
Air mataku kembali berlinang tatkala aku membuka pintu kamarku,yg kulihat seorang bidadari dunia sedang menyisir rambut panjangnya.Kulangkahkan kakiku perlahan,tanganku berusaha menggapainya meski Kusadar itu hanyalah bayangan.
Amarahku memuncak dan kutinju cermin di depanku saat ku tak bisa menggapainya
bersambung,by cowok galo